Home » Cerita Pelarian Tahanan Wanita Dari Lapas Tangerang: Ngumpet Di Gorong-gorong, Dapat Iba Warga
Featured Femele Global News Indonesia News Wanita

Cerita Pelarian Tahanan Wanita Dari Lapas Tangerang: Ngumpet Di Gorong-gorong, Dapat Iba Warga

TEMPO.COTangerang – Nurmawati, 40 tahun, tahanan kabur dari Lapas Kelas IIA Tangerang kini ditempatkan di sel khusus. Tujuannya, untuk tahanan titipan kasus penganiayaan itu mudah dipantau dan diawasi. 

Kalapas Kelas IIA Tangerang Yekti Apriyanti mengabarkan itu, Rabu 13 Desember 2023. “Saat ini (Nurmawati) masih menjalani Berita Acara Pemeriksaan oleh tim internal Lapas sambil kami juga siapkan psikolog dan tetap memenuhi haknya sebagai tahanan,” katanya. 

Yekti mengungkap kalau Nurmawati mengalami luka bengkak di kaki dan luka-luka di tangan sekembali dari pelariannya selama empat hari. Luka-luka itu disebutkannya didapat Nurmawati akibat melompati kawat berduri setelah nekat memanjat tembok penjara itu. 

Seperti diketahui, Nurmawati, tahanan titipan Polsek Karawaci, Kota Tangerang, itu kabur pada Rabu pekan lalu dan berhasil ditangkap kembali di Lampung pada Sabtu. Kepada tim gabungan yang menangkapnya, perempuan yang dijebloskan ke tahanan saat mencari pekerjaan sebagai asisten rumah tangga ini mengaku rindu keluarganya.  

Panjat Tembok 6 Meter

Yekti Apriyanti mengungkap cara pelarian Nurmawati yang sempat bikin geger Lapas Tangerang karena dianggap tak berjejak itu. Nurmawati kabur dari Blok Teratai tempat masa pengenalan lingkungan (mapenaling) yang ditempatinya  di Lapas Kelas IIA Tangerang, pada Rabu 6 Desember 2023, sekitar pukul 12 WIB.

Saat itu Nurmawati pergi ke belakang Lapas. Dia disebutkan memanjat tembok setinggi enam meter lalu melompati tembok kedua yang berbatasan dengan perkampungan warga. Tidak jelas bagaimana Nurmawati bisa memanjatnya. Kalapas Yekti hanya menjelaskan bahwa suasana siang itu sepi, tak satu orang pun melihat ada  perempuan di atas tembok melompat terjun ke bawah.

Pantauan TEMPO dari sisi luar tembok itu membuktikan tempat melompat Nurmawati  adalah tembok setinggi 6 meter yang berbatasan dengan permukiman  penduduk. Persis menempel di tembok itu adalah jalan setapak atau jalan gang.

Setelah kabur, Nurmawati berjalan kaki dengan luka memar di kaki dan kedua tangan yang luka gores kawat berduri. Dari situ Nurmawati sempat sembunyi di gorong-gorong. “Setelah itu berjalan kaki lagi, baru duduk di gardu,” ujar Yekti  menirukan  penuturan Nurmawati.

Kelabui Warga untuk Membantu Pelarian

Saat di gardu itu, pengakuan Nurmawati, ada seorang ibu warga setempat iba melihat tangannya berdarah dan menanyakan sebabnya. “Nurmawati  berbohong kalau dia lari  dari rumah majikan. Si majikan memukulinya sehingga membuatnya kabur,” kata Yekti.

Warga itu percaya dan, menurut Nurmawati, membawa ke rumahnya, diberi pertolongan pertama dan bahkan pakaian ganti. “Kemudian dia dapat akses ke Terminal Bus Poris Plawad dan naik kendaraan menuju Lampung,  kampung halamannya,” kata Yekti.

Yekti mengatakan Nurmawati sampai di Lampung di Terminal Bus Baradatu. Lokasi ini berbeda kecamatan dari Kecamatan asal Nurmawati di Kasui, meskipun  masuk wilayah Kabupaten Way Kanan. Jadi, dari Terminal Bus Baradatu itu Nurmawati berjalan  kaki menuju desa yang ditinggali ibunya di Desa Kasui Lama, Kecamatan Kasui.

Nurmawati disergap saat sedang beristirahat di rumah itu pada Sabtu sore, 10 Desember 2023. Saat itu Nurmawati mengaku belum sempat menemui suami dan anaknya yang tinggal di desa tetangga.

Kini Nurmawati sudah kembali ke Lapas Tangerang. Selain menyandang kembali statusnya sebagai tahanan kasus penganiayaan yang akan diadili di Pengadilan Negeri Tangerang, saat ini dia harus berhadapan jeratan pasal melarikan diri. 

Sumber: Metro Tempo

Translate