Belakangan ini terjadi kasus perusakan lingkungan terkhusus lingkungan hidup tumbuhan yang dapat berdampak pada hewan maupun manusia. Kasus yang baru saja terjadi ialah kebakaran di kawasan Gunung Bromo. Lokasi kebakaran berada di Blok Savana Lembah Watangan atau Bukit Teletubbies. Kasus kebakaran tersebut bukan disebabkan oleh alam melainkan ulah manusia. Terdapat wisatawan yang menyalakan flare untuk keperluan prewedding. Kronologi singkatnya, sang wisatawan tersebut terdiri dari 6 orang ingin menyalakan flare sejumlah 5, namun 1 flare gagal dinyalakan namun flare tersebut meletup kemudian letupan tersebut memercikkan api yang membakar Padang Savana Bromo. Api merambat membakar lahan seluas 50 hektar. Pelaku terancam denda sebesar 1.5 miliar
Kejadian ini menyebabkan negara rugi hingga 89 miliar. Dilansir dari ui.ac.id, wilayah terdampak merupakan wilayah konservasi yang masuk daftar UNESCO sebagai World Network of Biosphere Reserves. Wilayah tersebut memiliki ekosistem unik karena terdiri atas ekosistem gurun atau lautan pasir sekaligus padang savana.
Kejadian ini menimbulkan efek jangka pendek maupun panjang. Dalam jangka pendek, sejumlah vegetasi endemik hangus terbakar, seperti rumput malela, edelweis, hingga anggrek tosari yang merupakan spesies endemik pegunungan Jawa. Dalam jangka panjang, bila ada spesies hewan yang mampu menghindari kobaran api, bukan tidak mungkin hewan herbivora tidak dapat bertahan disebabkan hilangnya sejumlah tumbuhan atau pohon sumber pakan. Spesies hewan karnivora yang mampu menyelamatkan diri juga belum tentu bertahan hidup jika tidak ada spesies yang dapat dimangsa.
Hal tersebut sudah mutlak menjadi hal yang tidak benar. Kerusakan lingkungan sengaja maupun tidak sengaja tetaplah perlu diberi sanksi. Sepatutnya dari awal sebelum mereka melakukan sesi prewedding, sudah harus mempertimbangkan resiko yang akan terjadi, apalagi berhubungan dengan api. Bisa disimpulkan, mereka menyepelekan resiko terhadap lingkungan hidup terutama ekosistem alam. Nilai cinta lingkungan dipertanyakan disini.
Dikutip dari ayat Alkitab, Amsal 3:19-22 “yang menyatakan bahwa (19) Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit, (20) dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun. (21) Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu.” Ayat tersebut dapat dimaknai bahwa manusia diamanatkan untuk bijaksana terhadap alam yang Tuhan berikan dengan memeliharanya.
Apa yang bisa saya dapatkan disini adalah harus peduli dengan lingkungan dan lebih peka. Seringkali saya tidak acuh terhadap dampak kepada lingkungan. Sesimpel tidak menginjak rerumputan sering saya langgar. Maka saya akan berusaha lebih peka terhadap lingkungan mengingat lingkungan hidup yaitu manusia, tumbuhan, hewan saling berperan dalam suatu ekosistem.
Sumber: Kompasiana