Home » Data-data Pidato Megawati yang Singgung Soal Pemimpin Perempuan
Emansipasi Wanita Indonesia Kesetaraan Gender Perempuan Politik Wanita

Data-data Pidato Megawati yang Singgung Soal Pemimpin Perempuan


Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri lebih sering menyinggung soal pemimpin perempuan dalam pidatonya di acara perayaan HUT PDI Perjuangan ke-50 Selasa (10/1). Apa saja?

Dalam catatan kumparan, Megawati berpidato selama 2 jam, dari rencana yang hanya 1 jam. Dari durasi itu, hampir setengahnya digunakan untuk berbicara soal perempuan.

Megawati tak spesifik menyebut ciri-ciri capres yang sebelumnya disebut sejumlah kader PDIP sebagai kejutan. Namun yang disampaikannya bukan sosok, baik Ganjar Pranowo maupun Puan Maharani, sang anak.

Putri dari proklamator Sukarno itu lebih banyak cerita soal perempuan.

Berikut poin-poin soal perempuan yang disampaikan Megawati:

  1. Peran Perempuan di Politik

Menurutnya, perempuan Indonesia masa kini masih terkungkung oleh nilai budaya dan peradaban negeri.

“Jadi kalau dari perempuannya sendiri sepertinya merasa terkungkung kepada bagian dari peradaban, budaya,” ujarnya pada acara yang diselenggarakan di JIExpo Kemayoran Jakarta itu.

Hal ini menyebabkan kurangnya andil perempuan dalam tingkat legislatif dan struktur eksekutif yang menurutnya sangat disayangkan.

Padahal, sejak dulu sudah banyak perempuan yang ikut terjun dalam ranah itu.

“Tahu enggak, zaman dulu saja, yang namanya jadi ratu-ratu banyak lho, lah kok sekarang melehe semua toh yo. Melehe iku tahu opo ora?” kata Megawati.

  1. Sebut Tokoh Pahlawan Perempuan

Megawati turut menyebutkan beberapa tokoh dan pahlawan perempuan yang berjasa besar di Indonesia sebagai contoh.

“Coba ini Ratu Sima, Ken Dedes, Gayatri, Raja Patmi, Tribuana Tungga Dewi, Laksamana Malahayati,” ungkapnya.

Nama-nama ini menurutnya menjadi bukti bahwa perempuan juga dapat ikut andil dalam kesejahteraan bersama.

“Apa enggak keren maksud saya. Perempuan tuh bisa ngono loh. Setara, setara, setara! kurang apa lagi,” lanjut Megawati.

Sudah banyak contoh yang menunjukkan bahwa perempuan bisa dan tidak perlu takut menjadi pemimpin. Salah satunya, dia.

“Aku iki garuk garuk kepala. Ibu itu udah cantik, karismatik, pintar. Pemimpin masa depan yang ibu harapkan seperti apa? Kok lu nggak lihat gue ya, wong jelas jelas gue,” kata Megawati.

Menlu Retno Marsudi di HUT ke-50 PDIP, Selasa (10/1/2023). Foto: Dok. PDIP
Menlu Retno Marsudi di HUT ke-50 PDIP, Selasa (10/1/2023). Foto: Dok. PDIP
  1. Canda ke Menlu Retno Marsudi

Dalam pidato tersebut Megawati juga bercerita soal keinginannya untuk memiliki Menteri Luar Negeri (menlu) perempuan. Oleh karena itu ia ‘meminta’ Presiden Jokowi memilih Retno Marsudi.

“Ini Bu Retno itu Menlu. Saya nyuwun (minta) banget sama Pak Jokowi, aku emoh, saya mau Menlu-nya kali ini perempuan. Nah itu mbak Retno itu, yo iso kok,” kisahnya.

  1. Prinsip Kesetaraan

Megawati juga mengingatkan dalam sila ketiga Pancasila, persatuan terdiri atas latar belakang yang berbeda. Perbedaan gender seharusnya tidak membuat seseorang mendapat perlakuan berbeda.

“Sila ketiga Pancasila yang menjadi landasan Indonesia dibangun untuk semua tidak membeda-bedakan suku, agama, gender. Bhinneka tunggal ika,” ujarnya.

  1. Capres Cantik dan Kharismatik

Megawati menyebutkan kriteria calon presiden yang diharapkannya dapat memimpin di masa depan pada pidatonya. Ia pun berkelakar. Kalau misalnya, dia saat ini mau selfie, pasti banyak yang mau.

“Satu, (karena saya ) perempuan, dua cantik, baru dua aja ditepokin [hadirin tepuk tangan]. Tiga karismatik, empat pintar,” jelasnya dalam pidato di Hal A JIExpo Kemayoran, Jakarta.

Di saat bersamaan, Megawati membandingkan kriteria yang telah disebutkan dengan dirinya, “Aku tahu-tahu ketiban profesor aja dua. Dokter honoris causa 9, masih nunggu 5 karena pandemi.”

Megawati juga berbagi pengalamannya ketika sering ditanya mengenai harapan terhadap pemimpin Indonesia.

“Aku iki garuk-garuk kepala. Ibu (Mega) itu sudah cantik, karismatik, pintar. Pemimpin masa depan yang Ibu harapkan seperti apa? Kok lu nggak lihat gue ya, wong jelas-jelas gue,” ceritanya.

6. Tampilkan Nakhoda Perempuan

Di akhir pidatonya, Megawati menampilkan video seorang nakhoda perempuan di kapal Malahayati. Malahayati adalah sosok pejuang perempuan dari Aceh yang perannya begitu memukau.

Ini diyakini sebagai simbol bahwa Megawati sangat mendukung peran perempuan di mana pun posisinya.

Sumber : Kumparan News

Translate